Wednesday, August 12, 2009

Kenapa Kita Nggak Boleh Ngomong "JANGAN"

Minggu lalu, saya beli buku di Gramedia. Buku ini awalnya gakbikin saya tertarik, karena covernya kaku banget! Hehehe... Tapi karena saya sekarang lebih banyak di rumah dan otomatis pengasuhan anak hampir 100% ada pada saya, ibunya, saya jadi merasa perlu tau tentang buku ini. Judulnya, HYPNOPARENTING Menjadi Orangtua Efektif dengan Hipnosis.

Ada satu penjelasan yang saya suka tentang kenapa kita sebagai orang tua nggak boleh ngomong negatif ke anak.

Tutup mata anda, dan hapalkan tulisan di bawah ini:
"Saya tidak akan membayangkan seekor monyet berwarna hitam, berbadan besar, dan mengeluarkan suara uuk..uuk..uuk yang sedang bergelantungan di pohon. Sekali lagi saya tidak akan membayangkan seekor monyet berwarna hitam, berbadan besar, dan mengeluarkan suara uuk..uuk..uuk yang sedang bergelantungan di pohon. Oke, SAYA TIDAK AKAN MEMBAYANGKAN SEEKOR MONYET BERWARNA HITAM, BERBADAN BESAR, DAN MENGELUARKAN SUARA UUK..UUK..UUK YANG SEDANG BERGELANTUNGAN DI POHON."

Saya jamin, semakin sering anda mengulang kata-kata itu, bayangan monyet itu akan semakin muncul. Kita tidak kuasa untuk melawannya.

Sekarang kita coba bayangkan, kalau kita terlalu sering mengatakan "jangan malas" pada anak kita. Kira-kira apa yang terjadi ya? Yup! Persis seperti contoh tadi. Semakin sering diulang, kata itu akan semakin terpola dalam layar pikiran si anak. Dan secara bawah sadar pikiran akan memerintahkan tubuh fisik untuk mewujudkan gambaran mental itu.

Hiii...ngeri ya! Karena itu, kenapa kita tidak dianjurkan untuk mengatakan "tidak" dan "jangan" atau sesuatu hal yang negatif pada anak kita.

Waah...susah! Apalagi kalau si anak dah mulai rewel! Trus, kita kan, sering ngomong dengan anak sambil mengerjakan hal lain, biasanya lupa tuh!

Nah, Ariesandi bilang kalau dalam mendidik dan mengasuh anak, kita harus senantiasa sadar. Jadi, omongan kita ditata, sebelum ngomong dipikir dulu dampaknya buat si anak. Lama-lama jadi terbiasa kok!

Saya juga sedang belajar untuk selalu "sadar" dalam mengasuh anak. Saya coba bayangkan kalau saya lagi siaran (secara dulu penyiar pernah jadi profesi geto loh!), saya juga dituntut untuk "sadar". Dilarang bicara yang nggak ada isinya, harus sesuai dengan air personality, bla..bla..bla.

Ya...kadang-kadang keceplosan juga sih, tapi tiap hari selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Ujung-ujungnya kan buat masa depan anak sendiri...cie...!

Oya, di buku Hypnoparenting ini juga dijelaskan tentang apa itu hipnotis dan hipnosis, trus diajarkan juga teknik khusus sederhana bagaimana kita bisa memasukkan program yang positif pada anak kita. Bagus nih dibaca dan diterapin buat anak kita.

No comments: